Nama, sejarah dari pembuatan nama saya cukup singkat dan tidak rumit. Pada saat saya lahir, bapak saya lah yang memberikan nama tersebut kepada saya. Prio Anugrah Machrestu. Konon, kata bapak saya kata Prio diambil dari bahasa jawa yang berarti adalah seorang Pria, karena saya adalah seorang anak pria. Lalu kata Anugrah, seperti yang kita ketahui Anugrah artinya adalah pemberian, kenapa bapak saya memberikan nama tersebut, karena pada mulanya ibu saya sudah berkali-kali keguguran anak-anaknya. Dan saya ini adalah janin yang keempat, hinggabapak saya merasa sangat bersyukur sekali mendapatkan “pemberian” berupa saya ini dari Allah. Dan yang terakhir adalah Machrestu. Sebenarnya awalnya adalah Maharestu, namun oleh bapak saya diplesetin sedikit menjadi Machrestu, maksud dari kata tersebut sebenarnya adalah Allah. masih menyangkut pada kata sebelumnya, jika kita sambung kedua kata tersebut, maka akan didapatkan “pemberian Allah”. Maka arti dari seluruh nama saya adalah “Pria pemberian Allah”... Indah bukan???
Insya Allah saya tidak akan mengganti nama saya, karena menurut saya nama saya itu sudah sangat bagus dan sangat cocok sekali dengan saya. Karena selain arti nama tersebut yang sangat indah, nama tersebut juga sangat jarang yang memilikinya (Langka). Selama saya hidup, saya belum pernah bertemu langsung dengan orang yang memiliki nama yang sama dengan saya. Lagi pula semua orang juga sudah terbiasa memanggil saya dengan sebutan nama saya yang sekarang ini. Akan sangat sulit untuk menyebarkan nama baru saya jika nama saya diganti nanti. Hehe..
Sebenarnya saya memiliki nama panggilan sewaktu saya kecil, dan itu sangat jauh sekali dari nama asli saya, yaitu Danu. Saya belum mengetahui bagaimana sejarahnya sampai akhirnya saya dipanggil dengan nama tersebut. Namun seluruh tetangga dan teman-teman sepermainan saya dirumah memanggil saya dengan nama tersebut. Saya jadi ingat, sewaktu saya baru masuk SD, saya sama sekali tidak mengetahui nama asli saya, dan saat itu guru saya memanggil saya dengan sebutan nama tersebut otomatis saya tidak menanggapinya. Namun saat ia menghampiri saya, sayapun baru sadar bahwa beliau sedang memanggil saya. Dan sayapun menjelaskan bahwa nama saya itu Danu bukan seperti apa yang ibu sebutkan tadi. Haha... hingga keesokan harinya, bapak saya menjelaskan yang mana nama saya yang sebenarnya. Dan mulai hari itupun, guru-guru saya memanggil saya dengan Danu. Namun setelah saya SMP saya sudah mulai mengetahui bahwa nama asli saya adalah Prio, dan sejak saat itulah saya mulai terbiasa dipanggil Prio. Namun sampai sekarangpun nama Danu itu masih digunakan oleh orang-orang dilingkungan keluarga besar dan lingkungan rumah saya. Bahkan kalau diperhatikan ditanda tangan saya tersirat nama Danu...
Perbedaan, suatu kata yang sudah menjadi sangat biasa di Indonesia karena memang sudah menjadi indetitas bangsa kita yang memiliki beraneka ragam suku, agama, ras, dan lain sebagainya. Dan menurut saya perbedaan tersebut adalah anugrah yang diberikan Allah kepada kita, karena dengan perbedaan tersebut, dapat membuat hidup kita menjadi lebih berwarna. Bahkan dari perbedaan tersebut, kita dapat mengambil suatu pelajaran yang mengantarkan kita untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.
Saya teringat pada masa SD saya, saya sekolah di sebuah sekolah yang kepala sekolahnya beragama kristen. Namun di situ, beliau tidak pernah membeda-bedakan kita sebagai muridnya, mana itu yang islam, mana itu yang kristen. Yang uniknya lagi adalah, pada saat itu, sekolah tersebut merupakan sekolah yang baru saja di bangun, dan saya merupakan angkatan yang ke-2. Pada saat itu sekolah tersebut masih sangat kecil, hanya terdiri dari tiga ruangan. Ruangan pertama untuk ruang guru, sedangkan dua ruangan lainnya untuk kegiatan belajar mengajar. Dan guru yang mengajar pada sekolah saya waktu itu masih sangatlah sedikit, yakni berjumlah tiga orang saja. pada saat pelajaran agama, karena kami hanya memiliki dua ruangan saja untuk belajar, jadi kelas saya dan kakak kelas saya di gabung. Diruang pertama untuk belajar agama islam, dan diruangan lainnya untuk belajar agama kristen. Pada saat itu semua guru-guru disekolah tersebut adalah seorang muslim, hanya kepala sekolahnya sajalah yang kristen. Dan pada saat pelajaran agama berlangsung, kepala saya tidak bisa mengajar dikarenakan ada urusan lain, hingga akhirnya kelas untuk agama kristenpun kosong. Dan disaat itulah guru saya yang beragama islam masuk kekelas tersebut, dan mengajarkan mata pelajaran agama kristen. Pertama kali saya liat kejadian tersebut, saya pikir guru tersebut adalah seorang kristen, namun ternyata beliau adalah seorang muslim. Dari sekolah tersebut saya mengambil sebuah pelajaran bahwa meskipun kita berbeda-beda dalam hal keyakinan, latar belakang, suku, ras, dan sebagainya tapi dalam initinya kita itu adalah sama. Tidak ada perbedaan dalam diri kita, hanya amal perbuatanlah yang membedakan kita. Terutama sikap kepala sekolah saya yang sangat menghargai perbedaan, tidak membeda-bedakan sikapnya kepada setiap murid-murid, dan bahkan semua guru disekolah saya itu adalah muslim. Meskipun kami berbeda-beda, tapi kami tidak melihat bahwa perbedaan tersebut menjadi suatu pembatas diantara kita semua, dan kami selalu merasa bahwa kami semua ini adalah “SAMA”.
Harapan saya dalam mata kuliah Humanistic ini, semoga saya dapat mempelajari bagaimana menjadi seseorang yang lebih baik lagi terutama dalam menyikapi peristiwa-peristiwa yang sering terjadi di masyarakat nantinya, mengetahui bagaimana cara bersikap dengan baik, mengetahui bagaimana menjadi seseorang yang tidak hanya baik diluarnya namun juga baik di dalam sikap dan perbuatannya.
Subscribe to:
Posts (Atom)